Kamis, 03 Juni 2010

AGROFORESTRY

Nama : Harry Kurniawan
NIM : 071201001
Program Studi : Manajemen Hutan
Mata Kuliah : Agroforestri
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Yunasfi, M.Si.

Pertanyaan: Apakah dalam sistem pengelolaan lahan agroforestri dapat terjadi suksesi? Jelaskan! Jika ya termasuk suksesi apa?

Menurut saya, pengelolaan lahan secara agroforestri dalam prosesnya dapat terjadi suksesi dengan jenis suksesi skunder. Agroforestri merupakan sistem penggunaan lahan terpadu, yang memiliki aspek sosial dan ekologi, dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian dan/atau ternak (hewan), baik secara bersama-sama atau bergiliran, sehingga dari satu unit lahan tercapai hasil total nabati atau hewan yang optimal dalam arti berkesinambungan (P.K.R. Nair).
Dalam pembentukan model agroforestri ada yang mementingkan sisi kehutanan dan sisi pertanian atau peternakan, pada model yang mementingkan sisi kehutanan maka dalam prosesnya tanaman kehutanan dibiarkan agar tumbuh optimal, sedangkan tanaman pertanian sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja tanpa memperhitungkan nilai ekonomi nya. Dengan adanya proses yang sedemikian rupa, maka komunitas tumbuhan akan terbentuk dengan sendirinya, mulai dari semak dan tumbuhan liar lainnya yang merupakan proses menuju suksesi klimaks agar pertumbuhan tanaman kehutanan optimal.
Biasanya peladang berpindah hanya mengolah lahannya selama setahun, dan setelah itu mereka mencari dan membuka ladang baru. Lahan yang ditinggalkan akan mengalami perkembangan (suksesi) dan umumnya ladang tersebut menjadi milik umum (tribe) . Di ladang biasanya ditanami berbagai tanaman musiman seperti jagung dan padi ladang. Luas ladang per kepala keluarga biasanya mencapai satu hektar.Masa pemberaan lahan memberikan variasi umur pada setiap lahan. Umur lahan memengaruhi proses perubahan alami dan terarah yang teramati dari komposisi vegetasi, yang dikenal dengan istilah suksesi (Barbour et al., 1999).
Sistem agroforestri yang dapat memicu terjadinya suksesi sekunder adalah sistem agroforestri kompleks. Menurut Sardjono dkk (2003), sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menerap yang melibatkan banyak jenis pepohonan (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka ragam jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila masa bera berlangsung cukup lama, maka struktur komunitas dan komposisi vegetasi yang terbentuk bisa mendekati stuktur dan komposisi hutan alami. Pada awalnya lahan yang diberakan akan membentuk belukar dan jika terus dibiarkan akan kembali menjadi hutan. Namun, petani seringkali membuka belukar tetapi tidak untuk dijadikan ladang kembali,melainkan untuk dijadikan agroforest, sawah, atau perkebunan. Salah satu contoh agroforest adalah agroforest karet, dengan tanaman utama adalah karet. Karet ditanam di ladang setelah penanaman padi dan tumbuh bersama jenis-jenis lainnya.
Beberapa tipe lahan memiliki berbagai fungsi ekologis, terutama dalam menyimpan keanekaragaman hayati. Belukar merupakan lahan yang diberakan dan mengalami suksesi dengan masuknya jenis-jenis tumbuhan secara alami mulai dari komponen pionir hingga suksesi lanjut. Begitu juga dengan agroforest karet, proses pembuatan agroforest karet yang memiliki masa bera selama 8-10 tahun, mampu menumbuhkan jenis-jenis tumbuhan liar di sela-sela pohon karet. Beberapa penelitian yang dilakukan seperti penelitian Michon dan de Foresta (1995), menyatakan bahwa agroforest karet bisa menyerupai vegetasi hutan karena jenis tumbuhan selain karet dibiarkan hidup dan menampung jenis-jenis yang berasal dari hutan. Selain itu, van Noordwijk et al. (2008) menambahkan bahwa keanekaragaman jenis anakan pohon di agroforest dapat mendekati keanekaragaman pohon di hutan.
Nama : Satria Fadillah
NIM : 071201052
Program Studi : Manajemen Hutan

Soal :
Apakah agroforestri terdapat proses suksesi? Mengapa?

Jawab :
Secara ekologis perkembangan agroforestri damar (Repong damar) mempunyai tahapan suksesi hutan alam dengan segala keuntungan ekologisnya, seperti perlindungan tanah, evolusi hutan mikro dan sebagainya. Ditinjau dari segi teknis budidaya, tahap-tahap penanaman tanaman produktif dimulai dari tanaman subsistem sampai tanaman jangka panjang, berikut perawatannya, sengaja atau tidak oleh petani, ternyata berlangsung dalam kondisi ekologis yang sesuai dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Sehingga proses-proses produksi yang terkait dalam seluruh tahapan pengembangn repong damar dapat membuahkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.
Jadi dapat dikatakan bahwa penggunaan lahan agroforestri ini pada beberapa sistem dapat terjadi suksesi skunder, yakni dengan mementingkan tanaman kehutanan dibandingkan tanaman pertanian.
Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat tumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain
Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai perubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Clements (1916) membedakan enam sub-komponen : (a) nudation; (b) migrasi; (c) excesis; (d) kompetisi; (e) reaksi; (f) final stabilisasi, klimaks. Uraian Clements mengenai suksesi masih tetap berlaku. Bagaimanapun sesuatu mungkin menekankan subproses yang lain, contohnya perubahan angka dalam populasi merubah bentuk hidup integrasi atau perubahan dari genetik adaptasi populasi dalam aliran evolusi.
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal, terbentuk habitat baru. Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu baik secara alami atau buatan dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.
























POHON DADAP (Erythrina variegate)

Pohon yang berukuran sedang, mencapai tinggi 15–20 m dan gemang 50–60 cm. Bagian kulit batang yang masih muda dan halus bergaris-garis vertikal hijau, abu-abu, coklat muda atau keputihan; batang biasanya dengan duri-duri tempel kecil (1–2 mm) yang berwarna hitam. Tajuknya seru payung atau membulat renggang, menggugurkan daun di musim kemarau.
Dadap kerap dipakai sebagai pohon peneduh di kebun-kebun kopi dan kakao, atau pohon rambatan bagi tanaman lada, sirih, panili, atau umbi gadung. Juga baik digunakan sebagai tiang-tiang pagar hidup. Di wilayah Pasifik, dadap dimanfaatkan sebagai penahan angin.


Gambar Pohon Dadap



Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Fabales

Famili: Fabaceae

Upafamili: Faboideae

Bangsa: Phaseoleae

Genus: Erythrina

Spesies: E. variegata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar