Kamis, 03 Juni 2010

Resume Beberapa Paper tentang Pengolahan Komoditi Agroindustri di Indonesia

TEKNOLOGI PENGOLAHAN METE
Jambu mete (Anacardium occidentale L) merupakan komoditi perkebunan yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Luas areal perkebunan jambu mete di Indonesia seluas 560.813 Ha. Produksi gelondong jambu mete pada tahun 1991 adalah 57.247 Ton meningkat pada tahun 2000 menjadi 92.390 Ton.
Namun komoditi mete sulit masuk ke pasar Internasional yang disebabkan oleh monopoli India dan juga karena rendahnya daya kompetisi industri pengacipan di Indonesia. Dilain pihak gelondong mete belum dapat mencukupi kebutuhan bahan baku dalam negeri. Di pasar Internasional kontribusi ekspor mete Indonesia baru mencapai 10,10 % dan ekspor kacang mete baru mencapai 0,98 % yang seluruhnya ditujukan ke India.
Jambu mete dapat diolah menjadi beberapa jenis makanan dan minuman yang dapat meningkatkan nilai tambah, antara lain : pengolahan gelondong mete, pengolahan kacang mete, pengolahan buah semu, pengolahan sirup sari buah, pengolahan anggur mete, pengolahan manisan kering, pengolahan selai mete dan pengolahan jem jambu mete.
Dari jenis-jenis pengolahan jambu mete tersebut, pengolahan gelondong mete adalah pengolahan yang sering dilakukan dalam sekala besar dan merupakan ekspor terbesar menurut total ekspornya yng mencapai 10,10 % dibandingkan dengan ekspor kacang mete yang hanya 0,98 %. Sedangkan pengolahan jenis lain hanyalah sebagai pemenuh kebutuhan dalam negeri dalam skala yang lebih kecil.
Adapun proses pengolahan gelondong mete adalah : pemisahan gelondong, pengeringan gelondong, pengepakan dan penyimpanan. Pemisahan gelondong adalah pemilihan gelodong berdasarkan ukuran, kekilapan dan buah semu. Pengeringan merupakan kegiatan penjemuran atau pengeringan gelondong yang telah disortasi selama 2-3 hari. Pengepakan dan pengeringan merupakan kegiatan setelah penjemuran dengan mengangin-anginkan selama 24 jam yang kemudian dilakukan proses pengepakan dalam karung goni. Apabila gelondong akan disimpan, maka perlu disimpan dalam kaleng kedap udara.



TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUKUN SEBAGAI
BAHAN PANGAN ALTERNATIF
Sukun (Artocarpus Altilis) merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik pada lahan kering (daratan), dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih dan mempunyai cabang-cabang yang melebar ke samping dengan tajuk sekitar 5 meter. Pohon sukun membentuk percabangan mulai dari ketinggian sekitar 1,5 meter dari tanah. Daunnya berbentuk oval panjang dengan belahan daun simetris yang ditunjang dengan tulang daun yang menyirip simetris pula. Sukun dikenal dengan nama Hatopul di Sumatera Utara.
Banyak pemanfaatan yang bisa dilakukan pada bagian-bagian sukun antara lain adalah buah, bunga, daun, getah, kayu dan serat kulit kayu. Dari banyaknya bagian sukun yang dapat dimanfaatkan berarti memungkinkan sukun untuk dikembangkan di Indonesia. Selain itu sukun juga dapat diolah menjadi banyak bentuk makanan yang dapat menjadi makanan alternatif.
Berikut jenis olahan sukun yang dimanfaatkan di Indonesia:
A. Produk sukun sebagai bahan pangan olahan yang lebih lanjut
Adapun jenis produknya adalah Gaplek sukun, Tepung sukun dan Pati sukun.

B. Pangan yang diolah langsung dari buah sukun segar
Adapun jenis pangannya adalah Bregedel Sukun, Bronoreo Sukun, Kering Sukun, Rendang Sukun, Sayur Lodeh Sukun, Sambal Goreng Sukun, Apem Sukun, Bolu Cup, Cimplung Sukun, Donat Sukun, Cake Sukun, Dodol Sukun, Getuk Sukun, Kolak Sukun, Kroket, Kolak Sukun dan Klepon Sukun.

C. Pangan yang diolah dari produk olahan primer sukun
Adapun bahan pangannya adalah Bolu Sukun, Bubur Sumsum, Kue Lapis Kukus Sukun, Kukis Sukun, Pastel Basah Tepung Sukun, Fresh Role Cake dan Roti Tart Tepung Sukun.
Potensi pemanfaatan sukun sangat besar dan memilki vitamin yang dibutuhkan tubuh, maka pengembangan sukun di Indonesia harus secara intensif agar tersebar merata, sehingga proses produksi terdistribusi normal sampai ke daerah pedalaman.
NASI INSTAN UBI JALAR

Ubi jalar merupakan makanan pokok dari sebagian masyarakat Irian Jaya yang ditanam secara tradisional dengan skala kecil dan berpindah-pindah. Namun dengan berkembangnya teknologi budidaya maka ketersediaan ubi jalar dalam skala besar sudah dapat dilakukan.
Karena sifat ubi jalar yang realtif tidak tahan lama, maka diperlukan pengolahan setengah jadi (instan) sehingga dapat sisimpan dalam waktu yang realtif lama. Salah satunya adalah pengolahan ubi jalar menjadi nasi instan, yang memiliki rasa yang sama dengan ubi jalar segar yang direbus. Semua jenis ubi jalar dapat digunakan, namun ubi jalar yang tidak terlalu tua dipanen lebih baik digunakan.
Proses pembuatan nasi instan ubi jalar adalah dicuci ubi jalar, dipilih ubi jalar yang bebas dari serangan hama boleng yang mempengaruhi hasil, dikukus selama 30 menit, setelah matang dikupas kulitnya dan diiris-iris, dicetak dalam bentuk butiran dengan alat penggiling daging, lalu dikeringkan dan dijemur dipanas matahari.
Cara penyajiannya adalah direndam nasi instan ubi jalar kering dalam air dingin selama kira-kira 5 menit, lalu ditiriskan dan kukus hingga lunak dan siap dikonsumsi. Dalam penyajiannya nasi instan ubi jalar ini berbentuk butiran, apabila diolah menjadi produk makanan kecil, hancurkan butiran-butiran tersebut dengan menggunakan sendok sehingga siap diolah menjadi panganan lain,
membentuk suatu adonan.
Cara penyimpanannya adalah simpan nasi instan ubi jalar kering dalam kantong plastik, kaleng tertutup atau karung plastik.
Dengan adanya nasi instan ubi jalar ini dapat mengurangi konsumsi beras yang selama ini di impor dari luar negeri seperti dari Thailand. Selain itu dapat menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah sebagai suatu proses produksi yang menciptkan lapangan kerja dan mengembangkan sector agroindustri di Indonesia.


BIJI RAMBUTAN SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN BARU
Rambutan (Neplhelium lappaceum) memiliki penyebaran mulai dari Cina bagian selatan (Yunnan dan Hainan) melalui Thailand, Malaysia, Indonesia sampai ke Filipina. Rambutan dibudidayakan hampir di seluruh daerah tropik basah Asia dan dalam jumlah yang kecil dijumpai di daerah tropik basah Amerika, Afrika, dan Australia. Buahnya sangat populer. Dagingnya banyak mengandung sari buah, dapat dibuat makanan kaleng atau dioleh menjadi selei, namun sebagian cita rasanya akan hilang. Bagi kesehatan bermanfaat untuk mengencangkan otot, obat sakit perutdan obat cacingan; akarnya diseduh untuk obat demam; kulit batangnya untuk mengobati penyakit di lidah; daunnya untuk tapal sebagai obat pusing kepala. Sedangkan kulit buah rambutan mengandung saponin beracun.
Selain itu setelah dilakukan beberapa pengujian diperoleh bahwa bji rambutan dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan emping. Biji rambutan yang digunakan adalah jenis Nephelium lappaceum yang masih mentah. Adapun pengujian yang dilakukan adalah hidrolisis biji rambutan, uji HCN, uji kualitatif terhadap (karbohidrat, protein, dan lemak), uji protein, dan uji kuantitatif terhadap glukosa dan protein.
Diperoleh hasil dari uji coba terhadap biji rambutan bahwa biji rambutan tidak beracun, mengandung karbohidrat, lemak dan protein, maka biji tersebut dapat dibuat makanan berupaemping. Prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Pilih biji rambutan yang segar kemudian dikeringkan.
2. Keluarkan biji rambutan tersebut dari kulitnya.
3. Biji rambutan digoreng tanpa minyak agar suhunya menjadi panas, kemudian
digepengkan.
4. Setelah gepeng dijemur lagi sampai kering.
5. Sebelum digoreng rendam dulu dengan air garam dan bawah putih.
6. Digoreng dan siap dimakan.
Dari pengetahuan tersebut maka biji rambutan yang selama ini terbuang dengan sia-sia dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Dengan adanya proses produksi dari pembuatan emping biji rambutan ini dapat mengembangkan sector agroindustri di Indonesia.


PENGOLAHAN KRIPIK BUAH SIRSAK
Buah sirsak (Annona muricata L) adalah buah tropis yang memilki banyak potensi untuk dikembangkan. Kelebihan buah sirsak antara lain adalah rasa dan aroma yang khas. Permasalahan utama produksi buah sirsak adalah daya simpannya yang sangat pendek dan bentuk pengolahannya yang relatif terbatas pada produk basah yaitu sari buah dan pencampur es. Untuk itu perlu dikembangkan produk lain yang dihasilkan dari pengolahan dari buah sirsak. Kripik sirsak merupakan salah satu produk kering yang dihasilkan dari buah sirsak yang sama halnya dengan kripik nangka.
Namum dalam proses pembuatannya dibutuhkan peralatan khusus yang mahal dan kondisi penggorengan harus terkendali dan vakum udara. Untuk mendapatkan kripik sirsak yang berkualitas yang perlu diperhatikan adalah : tingkat kematangan buah, kadar Na metabisulfit yang ditambahkan, suhu penggorengan dan tekanan vakum yang digunakan dalam penggorengan.
Dari sebuah percobaan diperoleh bahwa tingkat kematangan buah sirsak 50 % dan penggunaan Na metabisulfit 500 ppm merupakan perlakuan terbaik dalam mengolah kripik buah sirsak. Selain itu penggunaan suhu penggorengan 100 0C dan tekanan vakum 630 mm Hg merupakan kondisi pengolahan terbaik dalam pembutan kripik buah sirsak. Kripik buah sirsak yang dihasilkan memiliki rasa asin yang pekat, oleh karena itu diperlukan upaya pemerian bumbu agar rasanya lebih disukai oleh masyarakat.
Adapun proses pembuatan kripik buah sirsak adalah dari buah sirsak segar dengan kematangan 50 %, buah sirsak dukuliti, lalu diiris-iris dengan tebal 4-5 mm, kemudian ditambahkan Na metabisulfit 500 ppm, lalu ditiriskan selama 15 menit yang kemudian dibekukan selama 24 jam, dan pada akhirnya dogoreng dengan suhu 100 0C.
Dengan terobosan yang unik tentang pembutan kripik buah sirsak ini diharapkan dapat menumbuhkan proses produksi terutama untuk produksi buah sirsak dalam bentuk kripik. Dengan demikian alur aspek agroindustri dapat berjalan dengan lancar dengan berbagai jenis produk.



DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2010. Pedoman Teknologi Pengelolaan Mete. www.hasilbumi.co.id. Di akses pada tanggal 920 Mei 2010].

Departemen Pertanian. 2003. Panduan Teknologi Pengolahan Sukun sebagai Bahan Pangan Alternatif. Direktorat Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Hortikultura. Jakarta.

LIPTAN. 1999. Membuat Nasi Instan Ubi Jalar. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian. Jaya Pura.

Polanditya, P. 2007. Biji Rambutan Sebagai Alternatif Makanan Baru. Ilmu Kimia FMIPA Universitas Islam Indonesia.

Susanto W.H. dkk. 2000. Studi Pengolahan Kripik Buah Sirsak (Annona muriata L.) pada Skala Industri Kecil. Jurnal Ilmu-ilmu Teknik vol.12 no.2 oktober 2000. Fakultas Teknologi Pertanan Universitas Brawijaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar